Senin, 16 Maret 2009

SOS

Hari ini Edi pulang sekolah sendirian. Sohib, sahabatnya yang biasa pulang bersamanya, hari itu sakit. Ia tidak masuk sekolah.
Edi menyusuri jalanan menuju rumahnya. Di sebuah warung makan di pinggir jalan, Edi melihat sebuah mobil. Walaupun kaca mobil itu tertutup, Edi bisa melihat seorang anak perempuan di dalamnya. Anak itu duduk sendirian di kursi belakang. Ia tampak gelisah, bahkan menangis.
Anak perempuan itu lalu tampak menutup wajahnya denagn sapu tangan. Secara tak sadar, Edi terus memperhatikan anak itu. Anak itu juga memperhatikan Edi. Ia seperti ingin berbicara sesuatu kepada Edi. Akan tetapi tiba-tiba muncul dua lelaki dewasa dari warung makan. Sepertinya mereka baru saja selesai makan.
Dua laki-laki dewasa itu masuk ke mobil itu. Yang satu menyetir, yang satunya lagi duduk di belakang, di sebelah anak itu. Mobil itu kemudian melaju meninggalkan tempat itu.
Edi baru sadar, ternyata ada sehelai saputangan tergeletak di jalan. Di sekitar tempat mobil tadi parker. Sapu tangan itu berwarna kuning dengan motif bunga. Tampak ada bordir nama Ariessa. Pasti sapu tangan ini molik anak tadi, gumam Edi dalam hati.
“Kalau bertemu anak perempuan itu lagi, akan aku kembalikan,” piker Edi.
Keesokan harinya, di sekolah, Edi mendengar kabar tentang penculikan. Edi langsung teringat pada anak yang kemari ia lihat. Ia semakin yakin kalau yang diculik adalah anak itu. Setelah ia melihat foto selebaran di pengumuman.
Wajah anak di foto itu, sama persis dengan yang dilihat Edi. Nama anak itu Ariessa. Sama seperti bordiran di sapu tangan yang ditemukan Edi.
“Duh sayang aku lupa mencatat nomor mobil itu,” sesal Edi.
“Mobil siapa, Di?” tanya Sohib penasaran.
Edi segera menceritakan pengalamannya kemarin.
“Oya, aku menemukan sesuatu di tempat kejadian itu!” kata Edi lagi.
Sepulang sekolah, Edi mengajak Sohib ke rumahnya. Ia mengeluarkan sapu tangan milik Ariessa. “Ini dia yang aku temukan.”
Sohib mengamati sapu tangan itu. Ia lalu menendusnya.
“Kok, bau kunyit, ya? Sepertinya, setelah makan, ia mengusap mulutnya dengan sapu tangan ini.”
Edi lalu berpikir, adakah petunjuk yang berhubungan denagn kunyit. Setelah berpikir beberapa saat, Edi masuk ke kamar mandi. Dibasuhnya sapu tangan itu dengan air sabun. Tiba-tiba muncul deretan huruf berwarna merah membentuk tulisan “Semut E11.”
“Semut?” gumam Edi dan Sohib bingung.
Beberapa saat kemudian, Sohib berkata, “Kalau tidak salah, Semut itu adalah kompleks yang ada di dekat kelurahan. Semesta Mutiara, sering disingkat jadi Semut.”
Setelah berunding sejenak, Edi dan Sohib pun bersiap-siap pergi ke tempat yang dimaksud. Sesampainya disana, tampak sebuah rumah besar yang dijaga oleh 3 orang laki-laki berbadan besar. Mereka pun mencari tempat bersembunyi dan mulai mengamati rumah itu. Rumah tersebut kelihatan sepi.
“Kayaknya rumah ini tempat penculik itu menyekap Ariessa.” ungkap Edi.
“Kamu yakin?” tanya Sohib.
“Kurang yakin juga sih, tapi kegiatan di rumah itu terlihat mencurigakan. Rumahnya terlihat sepi, jalan sekitar sini juga sepi, tapi penjaga rumah itu kayak sibuk banget ngejaga rumah.” Edi berpendapat.
Tak lama kemudian sebuah mobil keluar dari garasi rumah itu.
“Itu kan mobil yang kemarin. Sekarang aku yakin kalau Ariessa disekap disini.” kata Edi dengan wajah serius.
“Ya sudah tunggu apa lagi. Kita cari cara bagaimana menyelamatkan Ariessa.” jawab Sohib semangat.
“Kita cari jalan masuk menuju rumah itu. Mungkin kita bisa lewat jalan pinggir.”
Mereka berdua langsung berjalan ke pinggir rumah itu sampai akhirnya tiba di belakang rumah. Namun tak ada celah untuk masuk, hanya ada tembok tinggi yang membentengi rumah itu. Untunglah sebelumnya mereka telah menyiapkan tali. Mereka pun mengaitkan tali ke tembok dan satu per satu dari mereka memanjatnya. Situasi aman, mereka pun mendekati rumah itu. Pintu belakang ternyata tidak terkunci, mereka masuk ke dalam rumah. Rumah tersebut memang kosong, tidak terlihat ada kegiatan di dalamnya. Mereka berjalan menuju ruangan depan. Disitu terlihat ada seorang laki-laki sedang tertidur di sofa, laki-laki yang kemarin Edi lihat menyetir mobil yang dipakai untuk menculik Ariessa.
“Kalau begitu satu orangnya lagi juga pasti ada disini.” ungkap Edi.
Ada tangga. Mereka pun menaiki tangga itu. Disana ada sebuah kamar yang dijaga oleh laki-laki yang kemarin Edi lihat.
“Pasti Ariessa disekap disitu.” kata Sohib.
“Terus kita mau ngapain, Hib?” tanya Edi.
“Mending kita lapor polisi dulu, biar kita enggak disangka macam-macam.”
Edi kemudian menelepon polisi dan memberitahukan keadaan di rumah itu. Sambil menunggu polisi datang, mereka bermaksud untuk membius para penculik itu dengan alcohol yang sudah mereka siapkan. Mereka pun kembali menghampiri turun ke lantai bawah untuk membius penculik yang sedang duduk di sofa. Tanpa perlawanan karena sedang nyenyak tidur, penculik itu langsung pingsan. Mereka kembali lagi ke atas untuk membius penculik lainnya. Dengan perlahan mereka menghampiri laki-laki itu dan menempelkan sapu tangan yang telah ditetesi alcohol ke hidung penculik itu. Penculik itu sempat melawan namun tak lama kemudian langsung pingsan. Edi membuka pintu kamar yang dijaga penculik itu. Dia melihat Ariessa diikat di bangku kayu dengan mulut ditutup kain. Sohib dan Edi segera menghampiri Ariessa dan membuka ikatannya. Mereka bertiga kemudian meninggalkan kamar itu dan keluar rumah melewati pintu belakang. Tak lama polisi pun datang. Penjaga di depan rumah segera berlari ke dalam rumah untuk memberitahu penculik itu dan membawa kabur Ariessa. Namun penjaga tersebut hanya melihat para penculik yang pingsan dan Ariessa pun sudah tidak ada di tempatnya. Selagi penjaga tersebut sibuk, Edi, Sohib, dan Ariessa berlari ke halaman depan menuju mobil polisi. Polisi-polisi itu kemudian memasuki rumah dan menangkap para penculik beserta penjaganya. Ariessa pun terselamatkan.

Sekilas Tentang Karakter Tokoh Andrew Smith

Nama : Andrew Smith
TTL : London, 9 September 1987
Tinggi badan : 183 cm
Berat badan : 78 kg
Warna mata : coklat
Warna rambut : pirang
Warna kulit : putih

Deskripsi :
Andrew adalah anak tunggal dari Mr. Smith dan Mrs. Smith. Ayahnya sangat sibuk sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengurus Andrew. Sehari-hari Andrew menghabiskan waktu bersama teman-temannya sambil berusaha mencari jatidiri dia sebenarnya. Andrew termasuk orang yang supel. Dia berkawan dengan siapapun tanpa memilih-milih. Tapi sebenarnya dia mencari sesosok teman yang cocok dengannya dan dapat membawa dia ke arah yang lebih baik. Kurangnya perhatian dari orang-orang yang ada di dekatnya membuat dia bertindak semaunya, walaupun masih dalam batas wajar. Potensi besar yang ada dalam dirinya kurang bisa dimaksimalkan karena tidak adanya motivasi. Tak heran jika dia masih merasa sendiri walaupun dia memiliki banyak teman. Biasanya dia akan chatting melalui internet untuk menemukan banyak teman dan menghilangkan kesendirian. Atau tidak, dia akan pergi ke club pada malam hari dan pulang dengan wanita yang berbeda-beda. Tekanan pada dirinya membuat dia menjadi pribadi yang nakal walaupun sebenarnya dia adalah pria yang baik. Dia hanya butuh dorongan, motivasi, perhatian, dan kasih sayang untuk membuat dia menjadi dia yang sebenarnya. Andrew yang rajin, pintar, kreatif, penyayang, dan selalu memiliki keinginan yang kuat. Saat ini, dia hanya menginginkan kebahagiaan. Dan dia rela berkorban untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Bahkan dia juga rela berkorban untuk orang yang dia sayangi asalakan dia bahagia. Karena menurutnya, kebahagiaan adalah sesuatu yang mahal dan tidak bisa dibeli oleh uang.

Latar Belakang Keluarga :
Ayah Andrew adalah pemilik salahsatu jaringan stasiun TV di London. Ibunya meninggal ketika dia berumur 13 tahun akibat leukemia. Andrew kurang akrab dengan sanak saudara yang lainnya karena seluruh keuarganya adalah orang-orang sibuk.

Latar Belakang Pendidikan :
Saat ini Andrew kuliah di salahsatu perguruan tinggi di London. Dia mengambil jurusan Media Studies. Tuntutan dari ayahnya mengharuskan dia mengambil jurusan itu. Dan untungnya dia memang cukup tertarik dengan bidang itu. Semasa sekolah dia adalah siswa yang pintar. Bahkan sampai saat ini dia masih berbakat di bidang akademik.

Hobby :
Andrew hobi bermain musik. Drum adalah alat musik favoritnya. Tetapi dia juga bisa menguasai segala macam alat musik band. Musik yang disukainya juga beragam, hampir semua jenis musik dia sukai. Namun selera musiknya cukup tinggi. Dari sekian banyak jenis musik yang disukainya, dia sangat menyukai musik punk dan emo. Karena musik itulah yang cocok dengan kepribadiannya, idealis dan tidak suka diatur namun peduli terhadap sesama.
Andrew juga sangat menyukai sepakbola. Dia adalah pendukung Arsenal sejati. Setiap kali Arsenal bertanding di London, dia selalu menyempatkan diri untuk menonton langsung di stadion. Seluruh pemain Arsenal adalah pemain favoritnya.

Latar Belakang Pekerjaan :
Saking hobinya dengan sepakbola, Andrew membuat acara Talkshow yang setiap minggunya menghadirkan beberapa pemain sepakbola di Inggris untuk menjadi bintang tamunya. Dia bertindak sebagai produser acara tersebut. Dia juga sempat menjadi produser dari sebuah acara travel.

KETIKA DIA DATANG KEMBALI

Aku berjalan menyusuri trotoar yang dipenuhi oleh orang-orang. Setiap sore jalan ini memang selalu penuh oleh oramg-orang yang pulang kerja. Ketika aku sedang berjalan itu aku merasa ada orang yang mengikutiku. Aku tidak berani menoleh ke belakang karena terlalu takut. Aku berjalan semakin cepat dan orang itu masih tetap mengikutiku. Semakin lama dia semakin mendekat. Nafasku mulai terengah-engah dan jantungku pun berdebar-debar. Aku masih mencoba berjalan secepat mungkin, Tapi tiba-tiba ada tangan yang menggapai pundakku. Sebenarnya aku ingin sekali berteriak, tapi ku tahan teriakan itu. Dengan ragu-ragu dan rasa takut yang luar biasa besar, aku menolehkan wajahku ke belakang. Aku melihat sesosok wajah pria dengan perawakan tinggi besar memandang ke arahku.
“Masih ingat saya?” tanya lelaki itu kepadaku. Aku mengerutkan dahi sambil mengingat-ingat.
“Rio.” ucapku dengan nada kaget.
“Iya, ini aku Rio. Kamu masih ingat kan?” tegasnya.
“Astaga! Kamu benaran Rio. Ga nyangka bakal ketemu disini. Udah lama banget ya kita ga ketemu.”
“Sejak aku ke Yogya. Emang udah lama banget. Eh, kita cari tempat buat ngobrol yuk. Kayanya kita bakal ngobrol panjang nih.” Rio mengajak aku ke kafe yang ada di sekitar jalan itu dan kami pun berbincang-bincang.
Sudah 20 tahun aku dan Rio tidak bertemu. Sejak Rio meninggalkan Bandung dan pindah ke Yogya mengikuti orang tuanya. Tak menyangka sekarang kita bisa bertemu di Tokyo.
“Udah dari kapan di Tokyo?” tanyaku kepada Rio.
“Sekitar 10 bulan. Aku dipindah kerja kesini. Awalnya sih ga mau tapi apa salahnya aku coba. Kamu sendiri?” Rio balik tanya kepadaku.
“Aku sih udah lama, sekitar 5 tahun lah. Awalnya sama juga gara-gara kerjaan terus dapet suami orang sini, ya udah ga balik lagi.” jawabku.
“Aku malah pengen cepet-cepet balik ke Indonesia. Anak aku masih disana. Udah dua bulan ga ketemu. Pengennya sih dibawa kesini, tapi sekolahnya tanggung baru kelas 3 SD.” ungkap Rio.
“Wah, anak aku juga sekarang kelas 3. Yang paling kecil baru 2 tahun, lagi bawel-bawelnya. Jadi anak kamu ditinggal sama mamanya?”
“Ga, dia tinggal sama Ibu aku. Mamanya meninggal 3 tahun lalu waktu melahirkan anak kami yang kedua. Anak kami pun hanya bertahan satu minggu. Akhirnya mereka berdua meninggal.”
“Astaga, aku ikut prihatin, Ri.”
“Makasih.” jawab Rio pelan.
“Aduh, Ri, aku ga bisa lama-lama nih. Keluarga aku udah nunggu, kasian mereka. Kamu bawa kartu nama kan?”
“Ada.” sambil membuka tasnya dan memberikan selembar kartu nama padaku. Aku pun mencari kartu namaku untuk diberikan kepadanya.
“Ini kartu nama aku. Kalau ada apa-apa kamu bisa telfon aku atau dating aja ke rumah. Tapi kalau mau ke rumah mending telfon dulu, takutnya aku ga di rumah. Ya udah aku pergi ya, daah.”
“Yaa. Bye.”
Aku pun berlalu meninggalkan Rio sambil tersenyum. Aku tak menyangka akan bertemu teman yang sudah 20 tahun tidak aku temui. Rasa bahagia bercampur haru bercampur aduk di pikiranku. Sesampainya di rumah, aku pun menceritakan kejadian itu kepada suamiku.
 
Copyright yustina loves reading 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .