Senin, 16 Maret 2009

KETIKA DIA DATANG KEMBALI

Aku berjalan menyusuri trotoar yang dipenuhi oleh orang-orang. Setiap sore jalan ini memang selalu penuh oleh oramg-orang yang pulang kerja. Ketika aku sedang berjalan itu aku merasa ada orang yang mengikutiku. Aku tidak berani menoleh ke belakang karena terlalu takut. Aku berjalan semakin cepat dan orang itu masih tetap mengikutiku. Semakin lama dia semakin mendekat. Nafasku mulai terengah-engah dan jantungku pun berdebar-debar. Aku masih mencoba berjalan secepat mungkin, Tapi tiba-tiba ada tangan yang menggapai pundakku. Sebenarnya aku ingin sekali berteriak, tapi ku tahan teriakan itu. Dengan ragu-ragu dan rasa takut yang luar biasa besar, aku menolehkan wajahku ke belakang. Aku melihat sesosok wajah pria dengan perawakan tinggi besar memandang ke arahku.
“Masih ingat saya?” tanya lelaki itu kepadaku. Aku mengerutkan dahi sambil mengingat-ingat.
“Rio.” ucapku dengan nada kaget.
“Iya, ini aku Rio. Kamu masih ingat kan?” tegasnya.
“Astaga! Kamu benaran Rio. Ga nyangka bakal ketemu disini. Udah lama banget ya kita ga ketemu.”
“Sejak aku ke Yogya. Emang udah lama banget. Eh, kita cari tempat buat ngobrol yuk. Kayanya kita bakal ngobrol panjang nih.” Rio mengajak aku ke kafe yang ada di sekitar jalan itu dan kami pun berbincang-bincang.
Sudah 20 tahun aku dan Rio tidak bertemu. Sejak Rio meninggalkan Bandung dan pindah ke Yogya mengikuti orang tuanya. Tak menyangka sekarang kita bisa bertemu di Tokyo.
“Udah dari kapan di Tokyo?” tanyaku kepada Rio.
“Sekitar 10 bulan. Aku dipindah kerja kesini. Awalnya sih ga mau tapi apa salahnya aku coba. Kamu sendiri?” Rio balik tanya kepadaku.
“Aku sih udah lama, sekitar 5 tahun lah. Awalnya sama juga gara-gara kerjaan terus dapet suami orang sini, ya udah ga balik lagi.” jawabku.
“Aku malah pengen cepet-cepet balik ke Indonesia. Anak aku masih disana. Udah dua bulan ga ketemu. Pengennya sih dibawa kesini, tapi sekolahnya tanggung baru kelas 3 SD.” ungkap Rio.
“Wah, anak aku juga sekarang kelas 3. Yang paling kecil baru 2 tahun, lagi bawel-bawelnya. Jadi anak kamu ditinggal sama mamanya?”
“Ga, dia tinggal sama Ibu aku. Mamanya meninggal 3 tahun lalu waktu melahirkan anak kami yang kedua. Anak kami pun hanya bertahan satu minggu. Akhirnya mereka berdua meninggal.”
“Astaga, aku ikut prihatin, Ri.”
“Makasih.” jawab Rio pelan.
“Aduh, Ri, aku ga bisa lama-lama nih. Keluarga aku udah nunggu, kasian mereka. Kamu bawa kartu nama kan?”
“Ada.” sambil membuka tasnya dan memberikan selembar kartu nama padaku. Aku pun mencari kartu namaku untuk diberikan kepadanya.
“Ini kartu nama aku. Kalau ada apa-apa kamu bisa telfon aku atau dating aja ke rumah. Tapi kalau mau ke rumah mending telfon dulu, takutnya aku ga di rumah. Ya udah aku pergi ya, daah.”
“Yaa. Bye.”
Aku pun berlalu meninggalkan Rio sambil tersenyum. Aku tak menyangka akan bertemu teman yang sudah 20 tahun tidak aku temui. Rasa bahagia bercampur haru bercampur aduk di pikiranku. Sesampainya di rumah, aku pun menceritakan kejadian itu kepada suamiku.

Tidak ada komentar:

 
Copyright yustina loves reading 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .